cari artikel disini

Rabu, 13 Juni 2012

Upaya Amerika Merusak Kesehatan Dunia



Bedah Buku : “Deadly Mist” upaya Amerika merusak kesehatan manusia


oleh : Jerry D Grey

Dalam bedah buku tersebut Mr. Grey memaparkan bagaimana Amerika berupaya merusak kesehatan manusia tidak hanya melalui perang, makanan, namun juga melalui penyebaran wabah penyakit. Mr. Jerry D Grey merupakan orang Amerika yang telah menjadi muallaf dan telah menjadi WNI adalah mantan anggota Angkatan Udara Amerika dan seorang mantan jurnalis di salah satu media terkenal di Amerika. Beliau telah melihat banyak sekali upaya2 Amerika dalam merusak kesehatan manusia.

Tujuan utama upaya Amerika itu adalah untuk menciptakan suatu dunia yang berada dalam satu tatanan yaitu tatanan yang diinginkan oleh Yahudi yang telah lama bercokol di parlemen Amerika. Dalam bedah buku tersebut, beliau juga menceritakan bagaimana Amerika menjadikan rakyatnya sendiri sebagai tikus percobaan terhadap segala penemuan terbaru mereka, entah itu senjata atau virus/bakteri penyakit. Pernah suatu ketika beberapa orang tentara dimasukkan ke dalam suatu ruangan tertutup dan disemprot dengan suatu cairan hingga tentara2 itu meninggal.
Mr. Jerry D Grey pun mengungkapkan suatu fakta yang mengejutkan bahwa pada tahun 1977 salah seorang Presiden Amerika (saya lupa namanya) menandatangani suatu dokumen (millenium report card) yang isinya persetujuan untuk memusnahkan sebagian penduduk dunia yang mempunyai kulit berwarna (Afrika, Asia) dengan tujuan menghalangi mereka memimpin dunia dan menjadikan warga kulit putih sebagai satu2nya penguasa di dunia. Jadi teringat dengan mendiang Michael Jackson yang telah mengubah warna kulitnya menjadi putih, apakah dia sudah tahu tentang rencana Amerika ini? 
Beliau juga menyinggung tentang virus flu Babi yang kini tengah melanda dunia. Bagaimana Presiden Barack Obama yang telah mengunjungi Meksiko bisa lolos dari pemeriksaan dan oleh para dokter disana dinyatakan bahwa Presiden Amerika tersebut telah mendapatkan vaksin anti flu babi sebelum memasuki Meksiko! Coba bayangkan….di saat seluruh dunia sedang kebingungan mendapatkan obat untuk mencegah flu babi, Presiden Amerika telah menerima vaksin-nya bahkan sebelum virus itu menyebar!!!
Begitupun dengan vaksin yang diberikan untuk balita2 di seluruh dunia (imunisasi), pada dasarnya vaksin itu tidaklah membuat tubuh manusia menjadi kebal, melainkan malah membunuh sistem kekebalan tubuh manusia itu sendiri karena ternyata di dalam vaksin2 itu ditemukan sejumlah mercury, hal ini diperkuat dengan sikap 30% dokter Amerika yang menolak keluarganya mendapatkan imunisasi!

Patricia Doyle, PhD : Jangan Divaksin Flu Babi  Flu Babi Meksiko, Sebuah permulaan Perang-Bio, Peristiwa yang akan lebih besar dari 9/11
Mr.Jerry D Grey pun bekisah bagaimana beliau dulu sebelum menjadi tentara jarang sakit namun setelah menjadi tentara malah sering sakit2an karena seringnya mengkonsumsi bermacam2 vitamin yang diberikan negaranya dengan dalih untuk memperkuat daya tahan tubuh para tentara.
Beliau juga mengingatkan, bagaimana dulu Indonesia telah dinyatakan bebas polio selama bertahun2 namun tiba2 beberapa tahun kemudian di Jawa Barat ditemukan ratusan anak yang menderita polio! Menurut analisis beliau, hal itu terkait dengan bantuan Indonesia dalam memberikan vaksin polio yang aman kepada suatu negara di afrika yang telah menolak bantuan vaksin polio dari PBB karena diketahui mengandung zat yang berbahaya! Ada kemungkinan semua itu adalah balasan dari Amerika karena merasa dipermalukan dan tentu saja karena vaksin2nya menjadi tidak laku!
Beliau juga mengingatkan agar kita selalu berhati2 dan tidak gampang meminum obat2an buatan pabrik karena sebenarnya obat itu dibuat bukan untuk menyembuhkan secara total tetapi dibuat sebagai penyembuh sementara untuk kemudian sakit lagi, tentu hal ini terkait dengan industri farmasi yang sampai saat ini dikuasai oleh Amerika, bahkan pemegang saham terbesar pabrik farmasi Amerika adalah mantan Presiden George W Bush dan keluarganya.
Bahkan dalam urusan kesehatan ini Amerika bekerja sama dengan PBB dan media massa barat. (dakta)
  


Bagaimanakah upaya Amerika merusak kesehatan manusia sehingga tersebarnya berbagai macam virus penyakit (Flu Burung, Aids, Senjata Biologi, Anthrax, Fluoride, dll)?. Rahasia tersebut dibongkar & dibahas oleh JERRY D. GRAY dalam bukunya yang berjudul “Deadly Mist”. Beliau adalah seorang mantan Tentara Angkatan Udara Amerika Serikat pada Thn 1978.

*dikutip dari answering.wordpress.com


Menyikapi Pluralitas

Kehidupan umat manusia dalam keragaman agama, budaya, etnis, dan bangsa dalam bermasyarakat dan bernegara di mana pun berada di dunia ini adalah suatu keniscayaan (QS: 49: 13). Lebih dari itu, pluralitas merupakan bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah (QS: 30: 22). Tinggal bagaimana kita bersikap dalam menghadapi pluralitas ini.

Tercatat di dalam sejarah bahwa masyarakat Madinah di masa Rasulullah SAW terdiri atas berbagai macam suku dan agama. Namun keragaman suku dan agama tersebut tidak lantas menjadikan satu sama lain saling mempertunjukkan perbedaan apalagi pertentangan, yang terjadi justru tercipta sebuah kerukunan bermasyarakat dan sikap toleransi yang tinggi. Hal ini ditandai dengan terbentuknya sebuah konstitusi yang dideklarasikan dan ditandatangani oleh perwakilan-perwakilan dari berbagai suku dan penganut agama yang ada waktu itu. Konstitusi itulah yang kita kenal dengan Piagam Madinah. Dalam kerukunan kehidupan bermasyarakat yang sedemikian plural, mereka menikmati kebebasan untuk menganut agama dan beribadat menurut agamanya dengan damai.

Seperti halnya pada masa Rasulullah, masyarakat Indonesia juga hidup dalam pluralitas suku bangsa, ras, dan agama. Untuk mersepon kenyataan ini, pemerintah Indonesia mengambil sikap dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua. Akan tetapi, sejak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya 65 tahun lalu, impian untuk hidup berdampingan dengan damai antar pemeluk agama belum maksimal. Masih banyak rintangan untuk menjalankan keyakinannya masing-masing. Kebebasan dalam beragama masih saja mendapat intimidasi dari pemeluk agama lainnya. Kekerasan atas nama agama sering menjadi sorotan orang-orang liberal untuk mendeskriditkan kaum agamawan. Namun sebenarnya adalah manusiawi jika seorang penganut agama berkeyakinan bahwa ajaran agama yang dipercayainya sebagai satu-satunya yang benar. Setiap penganut agama berkeyakinan bahwa agamanyalah yang akan mengantarkan manusia ke dalam kehidupan yang bahagia. Tapi keyakinan akan hal tersebut tidak harus menimbulkan persengketaan yang mengakibatkan banyak kerugian.

Sikap fanatik beragama memang harus dimiliki setiap umat yang memegang teguh agamanya. Meyakini bahwa agama adalah ajaran yang haqq, the ultimate concern adalah sikap yang harus kita miliki sebagai umat beragama. Tanpa “kefanatikan” beragama ini, orang akan lantas menganggap semua agama adalah sama, kebenaran yang diyakini suatu agama adalah bersifat relatif karena kebenaran yang sama juga dimiliki oleh agama lain. Sehingga dengan mudahnya ia keluar masuk agama-agama yang dikehendakinya. Akan tetapi kefanatikan beragama ini pun jangan sampai merusak tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang plural dengan berbagai agama resmi dan aliran kepercayaan, dengan memaksakan kehendak diri terhadap orang lain yang tidak seagama dengan kita. Bukankah Allah SWT telah mengajarkan pada Nabi Muhammad SAW dalam (QS: 109: 6) tentang hal ini? Allah berfirman:

“untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”

Beragama tidak hanya kesadaran kognitif, tetapi juga keyakinan hati, pengamalan anggota badan, kecintaan ruhaniah, dan kehangatan kebersamaan dalam melaksanakan ritual keagamaan. Dan hendaknya aspek-aspek penghayatan kehidupan beragama ini diterapkan juga dalam setiap tingkah laku kita sebagai individu, di masyarakat, maupun dalam kehidupan bernegara.

Nilai-nilai dasar dan universalitas agama yang kita yakini ini hendaknya kita aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap toleran, saling menghormati, musyawarah, tolong menolong, gotong royong, ramah tamah yang juga menjadi kearifan bangsa Indonesia sejak zaman nenek moyang dulu hendaknya tidak luntur oleh perubahan zaman. Karena sikap-sikap inilah yang juga diwariskan oleh para Nabi pembawa risalah keagamaan, dari sejak diutusnya Adam AS. hingga disempurnakannya Islam dengan risalah Muhammadiyah.
Dalam kehidupan sosial, Islam mengajarkan kita untuk membangun tatanan kehidupan bermasyarakat yang baik, dengan bermu’amalah dan tolong menolong dengan sesama anggota masyarakat, tidak saja sebatas sesama kaum muslim, tapi juga dengan penganut agama lain (QS: 60: 8). Dengan demikian, pluralitas yang penuh kedamaian dalam segala segi kehidupan akan terpelihara jika kita mau menghargai dan bertoleransi dengan orang lain.

Akan tetapi sikap toleransi beragama memiliki rambu-rambu tersendiri dalam Islam. Islam mengatur sedemikian rupa kerukunan antar umat manusia dengan tidak mengabaikan aspek kemurnian akidah yang dianut oleh umat muslim. Sehingga tidak hanya esensi dari toleransi –yaitu terciptanya kehidupan masyarakat yang damai sejahtera– yang bisa diraih, tetapi juga keutuhan dan kemurnian akidah pun tetap terjaga. Karena berapa banyak di antara saudara-saudara muslim kita yang terbuai dengan apa yang diistilahkan dalam al-Qur’an sebagai zukhruf al qawl gururan “kata-kata yang indah namun menipu” (QS: 6: 112) yang dengan kata-kata itu mereka akhirnya terjerembab ke dalam paham yang membingungkan sikap keberagamaannya. Karena serangan yang dilancarkan oleh kaum orientalis saat ini tidak secara kontras terlihat oleh kasat mata, tidak pula dirasakan oleh hati, lalu dengan mudah kita menolaknya; melainkan merasuknya paham-paham menyesatkan itu bisa jadi secara halus meluncur dari mulut para cendikia muslim yang tidak menyadari bahwa dia telah terkontaminasi oleh pemikiran menyimpang yang disusupkan oleh kaum orientalis melalui kata-kata menipu itu. Misalnya saja, penyamarataan derajat manusia yang dalam hal ini muncul dengan konsep HAM (padahal yang sebenarnya adalah paham humanisme sekular), keyakinan bahwa semua agama adalah benar, sehingga kebenaran bersifat relatif dan tidak ada agama yang lebih benar dari yang lain (paham relativisme), atau semua agama adalah sama (pluralisme agama), yang semuanya merupakan propaganda Barat dan kaum orientalis agar umat muslim menjadi ragu bahkan mempertanyakan keyakinannya, hingga akhirnya mereka menjauhi bahkan phobia dengan Islam dan islamisasi. Oleh karena itu, toleransi agama hendaknya berada dalam aturan dan koridor Islami untuk menghindari merasuknya paham menyesatkan yang dipropagandakan oleh kaum orientalis, yaitu pluralisme agama.

Pengertian antara pluralitas dan pluralisme agama pada saat ini sudah banyak direduksi oleh para orientalis dan juga oleh cendikiawan muslim liberal, bahkan cenderung disamakan. Seperti yang dilakukan oleh John Hick, dia menyatakan bahwa agama merupakan manifestasi-manifestasi dari realita yang satu, sehingga semua agama dianggap sama dan tak ada yang lebih baik satu sama lain. Pengertian ini tentu sangat keliru karena berangkat dari pemahaman agama yang sempit, yang memandang agama hanya sebagai konsep hubungan manusia dengan kekuatan sakral yang transendental dan bersifat metafisik ketimbang sebagai suatu sistem sosial. Parahnya, pemahaman reduksionistik inilah yang justru semakin populer di kalangan para ahli dan para pemikir. 
Adapun Islam, sudah berabad-abad yang lalu meletakkan konsep-konsep dasar dalam menghadapi pluralisme. Meski tidak menjadi bahasan tersendiri yang independen, Islam sebenarnya telah memiliki konsep yang mapan dalam menyikapi pluralisme agama. Biasanya konsep itu terdapat pada salah satu bab atau sub-bab pembahasan fiqhiyyah dalam kitab-kitab fiqh, dan tidak dalam pembahasan ilmu kalam atau teologi Islam. Karena isu-isu pluralitas dalam pandangan para ulama muslim lebih mengupas masalah koeksistensi dan interaksi sosial praktis antar manusia yang berafiliasi pada agama, tradisi, dan kultur yang berbeda, yang diatur dalam sebuah tatanan masyarakat, baik yang menyangkut hak maupun kewajiban, untuk menjamin ketenteraman dan perdamaian umum. Dengan begitu Islam memandangnya sebagai hakikat ontologis yang genuine (otentik) yang tidak mungkin dinafikan. Maka dengan begitu, umat muslim hendaknya memandang pluralisme ini melalui sudut pandang (worldview) keislamannya. Berbeda dengan teori-teori kaum orientalis yang melihatnya dengan melepaskan terlebih dahulu atribut-atribut keagamaannya, lalu mengklaim bahwa pandangannya itu objektif, dan menyimpulkan bahwa pluralisme merupakan keragaman yang hanya terjadi pada level manifestasi eksternal yang superfisial dan tidak hakiki, sehingga menurut mereka, yang beragam itu pada dasarnya adalah sama.

Sehingga pada tataran solusi pun, Islam menawarkan solusi yang praktis sosiologis karena permasalahan pluralisme lebih merupakan permasalahan yang aplikatif, praktis, administratif, dan historis, yakni dengan membangun tatanan masyarakat yang solid. Sementara teori-teori pluralisme orientalis memberi solusi teologis epistimologis, karena menganggap permasalahan tersebut adalah menyangkut keimanan atau teologi, yakni dengan menganggap semua agama adalah sama. 


Referensi:
Baisard, Marcel A., Humanisme Dalam Islam Cet. I, pent.: H. M. Rasjidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980) 
Hasan, Masudul, History of Islam Vol. I, (India: Adam Publishers & distributors, 1995)
Mas’du, Abdurrahman, Menuju Paradigma Islam Humanis, (Yogyakarta: Gama Media, 2003)
Balitbang dan Diklat Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Tafsir al-Qur’an Tematik: Hubungan Antar Umat Beragama Cet. I, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008)
Thoha, Anis Malik, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis Cet. I, (Jakarta: Perspektif, 2005)




*dikutip dari figur.darussalam.blogspot.com

Pendidikan Berkarakter


Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk 275 juta penduduk Indonesia”
Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
  • 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
  • 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
  • 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
  • Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas
Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para pejabat Negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.
Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?
Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan.
Walau tidak semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. Saya berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang maksimal. Saya tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan secara tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikanpendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu didalam diri atau diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah” lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan disekolah, agar proses anak menjalani kehidupan  di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup  terpenjara oleh keyakinannya yang salah.
Baiklah kembali lagi ke topik, Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakterrakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpasemangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?
Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)
*dikutip dari www.pendidikanberkarakter.com

PENDIDIKAN Karakter adalah upaya dalam rangka membangun karakter (character building) peserta didik untuk menjadi lebih baik. Sebab, karakter dan kepribadian peserta didik sangat mudah untuk dibentuk. Secara etimologis karakter dapat dimaknai sesuatu yang bersifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, ataupun perangai. 

Sedangkan secara terminologis, karakter dapat dimaknai dengan sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri seseorang atau suatu kelompok. Hal ini bertujuan untuk menciptakan karakter peserta didik yang paripurna, sampai mendekati titik terwujudnya insan kamil. Namun, bisa diperjelas pada upaya untuk mewujudkan kecerdasan spiritual, emosional, intelektual, dan estetika.

Bakaitan dengan itu, dalam alam empiris dapat dilihat bahwa karakter anak bangsa ini semakin menunjukkan gejala yang sangat miris dan merisaukan kita semua. Kehidupan mereka yang kontradiktif, tidak hanya di luar lingkungan pendidikan, tetapi  juga justru dilakukan oleh anak-anak didik dalam masa pendidikan. Sungguh miris melihat realitas dan kenyataan yang seperti ini.

Padahal menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

 Maraknya anarkisme
Kepekaan hati nurani sebagian besar anak bangsa ini sangat terabaikan. Hal itu dapat dilihat perilaku negatif yang sangat jauh dari hati nurani. Maraknya tindakan anarkisme, tawuran serta perlakuan yang melawan hukum juga telah ditunjukkan anak bangsa ini secara kolektif. Lebih parah lagi, hal itu juga ditunjukkan oleh tokoh publik, tokoh politik, juga oleh penyelenggara pemerintahan.

Dapat dilihat dengan nyata bahwa banyaknya perbuatan yang semuanya berindikasi pada tindakan melawan hukum, dilakukan oleh orang-orang yang katanya terhormat dengan menduduki posisi penting di negeri ini. Semuanya sangat memiriskan untuk dideskripsikan. Tragisnya, hal itu bisa menjadi pembelajaran bagi seluruh anak bangsa ini. 

Perilaku negatif tersebut dipublikasi secara media massa elektornik maupun media cetak. Sehingga terlihatlah dengan jelas bahwa perilaku itu sangat jauh dari karakter bangsa Indonesia yang terkenal dengan etika yang Pacasilais. Dalam rincian implementasi pembelajaran di madrasah/sekolah, pendidikan karakter bukanlah sesuatu mata pelajaran ataupun materi khusus yang disajikan secara khusus yang berdiri sendiri (self sufficiency). 

Pendidikan Karakter ini dilaksanakan merupakan wujud integratif-interkonektif yang mencakup aspek multidisiplin dan multidimensi, sehingga diperlukan pendekatan yang komprehensif, utuh, interkonektif antarberbagai disiplin ilmu, tidak sektoral-parsial, misalnya dalam pembejaran matematika, yang diajarkan adalah bagaimana menjumlah angka dengan baik dan tidak mengurangi penjumlahan dalam realitas jual-beli maupun aktivitas lain di luar mata pelajaran matematika. 

 Implikasi akhir
Jadi inilah sebenarnya yang diharapkan implikasi akhir dari Pendidikan Karakter. Demikian juga dengan mata pelajaran yang lainnya. Sehingga yang terpenting adalah bagaimana mengamalkan seluruh pengetahuan yang telah dimiliki. Sebab, pengetahuan yang dimiliki tentang kebaikan, hukum, norma, benar, salah, ataupun tentang hal lainnya harus diterapkan. Sesungguhnya, hal inilah yang menjadi inti dalam Pendidikan Karakter. Sangat diharapkan peserta didik untuk bisa mengamalkan seluruh kompetensi pikiran yang dimilikinya. Sehingga tidak akan menyinpang  apa telah mereka pelajari dalam pendidikan. 

Dengan begitu, melalui pendidikan karakter semua berkomitmen untuk menumbuh kembangkan peserta didik menjadi pribadi yang utuh untuk menginternalisasi nilai-nilai kebajikan dan terbiasa mewujudkan kebajikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Karakter merupakan proses pembelajaran yang dengan menitikberatkan pada implementasi pengetahuan. 

Selama ini pendidikan yang dilaksanakan kepada peserta didik adalah sebatas bagaimana menciptakan anak-anak mempunyai pengetahuan yang banyak, tanpa harus menerapkan pengetahuannya tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa untuk bisa mengaplikasikan itu diperlukan pengetahuan dan hafalan atas konstruksi ilmu tersebut. Sehingga pengetahuan yang dimiliki tidak sebatas pada sifat normatif saja tetapi harus di implementasikan dalam kehidupan sehari-harinya.

Kalau kita melihat, pendidikan karakter adalah untuk menghilangkan orang yang mengalami split of personality, sehingga menjadi pribadi yang baik. Hal inilah yang akan menjadi pilar kebangkitan bangsa. Semua itu mulai dari dunia pendidikan. Dan untuk itu tidak cukup berharap kepada para guru yang hanya berdiri di depan kelas mulai pukul 08.00-14.00 WIB. Lebih dari itu, seluruh stakeholders pendidikan harus merasa terpanggil untuk itu. Juga tokoh publik, orang tua, masyaraakat, tokoh politik, maupun seluruh elemen lainnya.

 Harus berperan
Sebagai umat beragama tentunya, tidak ada yang mau dilabelisasi dengan orang munafik, yang lain ucapan dan lain pula perbuatannya. Untuk kelompok orang tersebut akan diancam oleh Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. 61: 2-3).

Sebagai bagian dari entitas pemerintahan yang juga menangani dunia pendidikan Islam harus berperan serta dalam memajukan pendidikan nasional sekaligus meningkatkan kecerdasan anak-anak bangsa ini dengan melibatkan semua stockholder Kementerian Agama dalam mewujudkan pendidikan yang berkarakter bagi anak didiknya. Dari sekian harapan yang paling penting yakni berupa penyiapkan sumber daya manusia yang berkarakter dan berkualitas sebagai syarat mutlak, serta pendidikan karakter sebagai salah satu kuncinya. 

Dari itu Ada tiga kelompok pendidikan karakter, yaitu: Pertama, pendidikan karakter yang menumbuhkan kesadaran sebagai makhluk dan hamba Tuhan Yang Maha Esa; Kedua, pendidikan karakter yang terkait dengan keilmuan, dan; Ketiga, adalah pendidikan karakter yang menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa sendidri. Karena pendidikan merupakan bagian tidak terpisahkan dari perjalanan bangsa. Sasaran pembangunan nasional pun telah memberikan perhatian yang besar kepada sektor pendidikan, yakni dengan dialokasikannya anggaran negara sebesar 20% dari proporsi keseluruhan APBN yang kita rasakan hari ini.

Sabtu, 02 Juni 2012

Mandy Moore - Only Hope


There’s a song that’s inside of my soul
It’s the one that I’ve tried to write over and over again
I’m awake in the infinite cold
But You sing to me over and over and over again
So I lay my head back down
And I lift my hands
and pray to be only Yours
I pray to be only Yours
I know now you’re my only hope
Sing to me the song of the stars
Of Your galaxy dancing and laughing
and laughing again
When it feels like my dreams are so far
Sing to me of the plans that You have for me over again
So I lay my head back down
And I lift my hands and pray
To be only yours
I pray to be only yours
I know now you’re my only hope
I give You my destiny
I’m giving You all of me
I want Your symphony
Singing in all that I am
At the top of my lungs I’m giving it back
So I lay my head back down
And I lift my hands and pray
To be only yours
I pray to be only yours
I pray to be only yours
I know now you’re my only hope