Laki-laki yang
jatuh cinta pada kunang-kunang
***Kunang-kunang***
Cahaya jatuh cinta padanya. Dan
saat gelap kau bisa melihat cinta mereka berpijar. Menari kesana-kemari,
indah……
Mereka pun beranak-pinak. Semakin
banyak. Cahaya telah jatuh cinta padanya. Saat gelap….
Namun ternyata cahaya tak mampu setia. Saat
matahari muncul, dia pun jatuh cinta padanya. Kunang-kunang ditinggalkannya.
Kunang-kunang begitu mencintai cahaya. Tak bisa hidup tanpanya. Dan tanpa
cahaya, ia mati…
Saat gelap, cahaya masih jatuh
cinta pada kunang-kunang. Namun suatu hari cahaya benar-benar meninggalkannya.
Cahaya jatuh cinta lagi. Bukan hanya pada matahari, juga pada bintang dan pada
lampu-lampu di jalan yang gelap.
Kunang-kunang mati. Jika tidak,
kunang-kunang akan menjadi begitu egois. Saat kunang-kunang ingin cahaya
miliknya, ia selalu bersahabat dengan gelap. Dengan begitu cahaya hanya
miliknya. Mereka akan menghindar dari bulan, matahari juga lampu-lampu jalan
itu.
Jauh sebelum itu, sebelum cahaya
jatuh cinta pada kunang-kunang, seorang laki-laki dan cahaya sama-sama jatuh
cinta.
Cahaya mengajarkan banyak hal
dalam kehidupan laki-laki itu. Ia mengajarkan tentang semua bentuk, tentang warna-warna,
tentang segala hal. Lalu suatu hari cahaya pergi dan jatuh cinta pada kunang-kunang.
Ia meninggalkan laki-laki itu. Namun laki-laki itu terus menunggu. Telah dia
cipta tembang untuknya. Mantra pemanggil cahaya, saat menari dengan
kunang-kunang.
Tetapi… cahaya tak pernah
kembali. Malah yang didengar laki-laki itu, cahaya masih saja jatuh cinta. Pada
matahari, bulan, bintang, dan lampu-lampu jalan. Laki-laki itu tidak peduli.
Yang dia tahu, saat meninggalkannya, cahaya jatuh cinta pada kunang-kunang……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar